The Count of Monte Cristo

No. 262
Judul : The Count of Monte Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto
Penerbit : Penerbit Bentang
Cetakan : I, Maret 2011
Tebal : 568 hlm
The Count of Monte Cristo adalah novel klasik karya Alexandre Dumas yang bertutur tentang dendam yang harus dibayar. Ceritanya sendiri berlangsung di Prancis, Italia, dan pulau-pulau di Mediterania pada
tahun 1815-1838 dengan latar belakang historis saat Raja Louis XVII
memerintah dan sang Kaisar Napoleon Bonaparte diasingkan di Pulau Elba.
Novel
ini menceritakan kehidupan Edmond Dantes , 19 tahun, seorang pelaut
Marseiless – Prancis, kelasi kelas satu dari kapal Le Pharaon. Saat
kapal Pharaon berlayar menuju Marseiless, kapten kapal jatuh sakit dan meninggal dunia, sebelum meninggal sang kapten menitipkan sebuah paket kepada Edmond untuk diberikan kepada
seorang marsekal di Pulau Elba yang pada saat itu merupakan tempat
pengasingan Kaisar Napoleon Bonaparte yang dibuang oleh Raja Louis XVII
Saat Edmond menyerahkan paket tersebut, ia bertemu dengan Sang Kaisar yang menitipkan sepucuk surat kepada Edmond Dantes untuk disampaikan kepada salah seorang pendukungnya di Marseiless. Setibanya di Mersailess Dantes langsung diangkat oleh Monsieur Morrell, pemilik kapal untuk menjadi kapten kapal Pharaon. Sambil menunggu proses bongkar muat kapal ia mengajukan cuti agar dapat menikah dengan Mercedes, pujaan hatinya.
Nasib baik Edmond Dantes ini ternyata tidak disukai oleh teman-temannya. Promosinya menjadi kapten kapal membuat iri hati Danglars,
kepala keuangan kapal Pharaon, niatnya untuk menikahi Mercedes
membangkitkan kecemburuan Fernand Mondego, sepupu Mercedes yang juga
mencintainya, sedangkan rezekinya yang tak terduga membuat iri hati
Caderousse, tetangganya. Ketiga orang ini lalu merencanakan rencana jahat untuk menggagalkan Edmond Dantes menjadi kapten kapal sekaligus menghalangi jalannya pernikahannya dengan Mercedes.
Fakta
bahwa Edmond Dantes membawa sepucuk surat dari Sang Kaisar di
pembuangannya untuk disampaikan kepada pendukungnya dijadikan senjata
ampuh untuk melaksanakan niat jahat mereka. Danglars menulis
surat kepada Moniseur Villefort, Jaksa Penuntut Umum di Mersailess yang
menyatakan bahwa Edmond Dantes adalah mata-mata musuh Raja Louis XVII,
Napoleon Bonaparte.
Singkat cerita, Edmond Dantes ditangkap, surat titipan Napoleon yang belum sempat diserahkannya itu ikut disita. Karena ternyata isi surat itu mengancam kedudukan
Villefort sebagai abdi Raja Louis XVII maka surat itu dihancurkannya
dan Edmond Dantes langsung dijatuhi hukuman penjara di sebuah pulau
terpencil tanpa melalui proses pengadilan
Dalam
gelap dan lembabnya ruang penjara bawah tanah itulah Edmond Dantes
menaruh dendam terhadap teman-temanya yang telah menghianatinya,
merendahkan martabatnya, dan merengut kekasihnya. Bertahun –tahun dalam
penjara hampir saja membuat dirinya kehilangan harapan hingga akhirnya
nasib mempertemukannya dengan Abbe Faria, seorang pastor tua yang selnya
bersebelahan dengannya. Si pastor ini berhasil menggali lubang yang
menembus sel Edmond Dantes sehingga mereka bisa saling bertemu dan
merencanakan sebuah recana untuk keluar dari penjara terkutuk tersebut.
Persahabatan
antara Edmond Dantes dan si pastor terjalin dengan erat, Abe Faria
menjadi sahabat sekaligus guru bagi Dantes yang mengajarkan banyak hal
kepadanya. Setelah belasan tahun membina persahabatan dan belum sempat
mewujudkan rencananya Abe Faria akhirnya meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Sebelum meninggal Abbe Faria sempat memberikan sebuah peta
harta karun yang terletak di Pulau Monte Cristo yang akan jadi milik
Edmond Dantes jika ia keburu meninggal sebelum sempat melarikan diri. Meninggalnya sahabatnya dalam penjara itu ia gunakan untuk melarikan diri. Ia memindahkan tubuh Abe Faria ke selnya dan masuk ke dalam kantong mayat .

Dalam
novel ini Alexandre Dumas mengemas kisahnya dengan sangat manarik.
Skenario balas dendam yang dijalankan oleh Edmond Dantes atau Count
Monte Cristo benar-benar rapih. Selepas melarikan diri dari penjara dan
memiliki harta yang melimpah ia tidak langsung melakukan aksi balas
dendamnya terhadap mereka yang telah menghancurkan hidupnya. Dengan sabar ia merangkai dan melaksanakan berbagai rencana balas dendamnya dengan sangat rapih dan cerdas sehingga dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun sejak dirinya dipenjara hingga dendamnya terbalas tuntas
Seperti layaknya seorang grand master catur, semua langkah yang disusun oleh Monte Cristo benar-benar penuh perhitungan, semua
aksinya dilakukan secara amat wajar sehingga tak seorangpun menduga
bahwa semua ini adalah perbuatan Monte Cristo sebelum ia membeberkan
semua rencana dan jati dirinya terhadap musuh-musuhnya yang saat itu
sudah berada di ujung tanduk.
Tema utama dalam
novel ini adalah balas dendam, keadilan, belas kasihan, dan pengampunan
yang dituturkan dalam kisah petualangan yang diwakili oleh tokoh Edmond
Dantes/Monte Cristo . Di sini Mote Cristo selain
tokoh yang hatinya dipenuhi dendam terhadap musuh-musuhnya, ia juga
digambarkan sebagai pribadi yang penyayang. Kepada mereka yang pernah
menolong hidupnya Monte Cristo sangatlah baik bahkan rela mengorbankan
dirinya untuk menolong siapa saja yang pernah menolongnya .
Sebenarnya
saat Monte Cristo melakukan niat balas dendamnya ia masih memberikan
kesempatan kepada musuh-musuhnya untuk bertobat, namun sayangnya
ketamakan dan kelicikan telah membutakan mata mereka sehingga tanpa
disadari mereka masuk dalam perangkap balas dendamnya
Dalam
novel ini akan ada banyak tokoh-tokoh dan kisah-kisah yang pada awalnya
seolah tak memiliki keterkaitan dengan inti kisahnya, namun lambat laun
semua tokoh itu akan saling berhubungan baik itu melalui sebuah
pertemanan ataupun skandal-skandal yang terjadi di novel ini. Sedangkan
berbagai kisah dalam novel ini sebenarnya juga menyimpan sejumlah
petunjuk yang akan menjadi dasar bagi peristiwa atau kejadian di bab-bab berikutnya.
Bagi sebagian pembaca banyaknya tokoh dan kisah-kisah yang seakan berdiri sendiri ini mungkin akan
membuat pembacanya bingung dan agak kesulitan dalam menikmati novel
ini, namun ketika perlahan-lahan semua fakta mulai terungkap barulah
kita menyadari bahwa semua itu ada relevansinya. Dan inilah yang saya rasa merupakan sisi jenius Alexandre
Dumas dalam merangkai kisah yang menawan ini. Rasanya tak cukup hanya
membaca novel ini satu kali saja, karena mungkin saja saat kita membaca
kita melewatkan sebuah petunjuk dan detail kisah mengenai bagaimana
Monte Cristo merangkai skenario balas dendamnya dengan sangat rapih.
Jadi
kesimpulannya bagi para pecinta sastra klasik sepertinya novel ini tak
boleh dilewatkan begitu saja karena ini adalah sebuah novel klasik yang
dibaca luas di seluruh dunia, heroik dan penuh intrik yang dituturkan
dengan begitu sempurna oleh seorang maestro dunia! Selain itu novel ini
juga memberi makna yang positif bagi pembacanya bahwa apapun yang kita
tuai suatu saat kita akan kita petik hasilnya, kebaikan akan berbuahkan
kebaikan, sedangkan jika kita menuai kejahatan maka akan berbuahkan
malapetaka bagi diri kita.
Satu-satunya kritik untuk novel ini
adalah ukuran font-nya yang bagi saya terlalu kecil, hal ini mungkin
langkah yang harus diambil penerbit agar jumlah halamannya tidak
terlalu tebal. Sebagai perbandingan edisi Penguin Classic novel ini tebalnya hampir dua kali edisi terjemahan ini yaitu, 1276 halaman!
Sejarah Penerbitan
Novel The Count of Monte Cristo ini dianggap sebagai karya terpopuler Dumas setelah The Tree Musketeers.
Kabarnya Dumas mendapatkan ide untuk novel ini dari suatu kisah yang ia
temuakan dalam buku yang dikompilasi oleh Jecquest Peuchet, petugas
arsip polisi Prancis. Cerita tersebut tentang Piere Picaud yang tinggal
di Nimes pada 1807. Picaud telah bertunangan dan akan menikah dengan
seorang perempuan kaya, tapi tiga orang temannya cemburu dan membuat
tuduhan palsu bahwa Picaud adalah mata-mata Inggris sehingga ia
dipenjara selama tujuh tahun
Selama masa
penahanannya, teman setahanannya yang sekarat memberikan peta harta
karun tersembunyi di Milan. Setelah Picaud dibebaskan ia kembali ke
Paris dan melaksanakan misi balas dendamnya terhadap teman-teman yang
telah memfitnahnya.
Dalam melahirkan
karya-karyanya, Dumas juga selalu berkolaborasi dengan para asistennya.
Sepanjang kariernya Dumas telah menulis sekitar 250 buku dengan dibantu
oleh 73 asisten dan para kolaboratornya. Salah satu yang terkenal adalah
Auguste Maquet, seorang guru sejarah. Dalam The Count of Monte Cristo Maquetlah yang membuat garis besar alur dan draftnya, sedangkan Dumas menambahkan detail dan dialognya.
The Count of Monte Cristo pertama kali dimuat di harian Journal des Debats
dalam 18 bagian dari tanggal 28 Agustus 1844 sampai 28 Agustus 1846.
Versi lengkap novel dalam bahasa Prancis dipublikasikan sepanjang abad
ke 19. Sedangkan versi bahasa Inggrisnya terbit pada tahun 1846.
Novel
ini kemudian menjadi novel klasik yang terus dibaca hingga kini,
sedikitnya novel ini telah diterjemahkan ke dalam 100 bahasa, dan telah
tujuh kali dibuat film baik itu layar lebar maupun serial TV, selain
itu telah berkali-kali juga dibuat naskah dramanya.
Monte Cristo, terbitan Pustaka Jaya 1980, 790 hlm
Di Indonesia sendiri novel ini pernah diterjemahkan oleh sastrawan angkatan Balai Pustaka Nur St. Iskandar dengan judul Graaf de Monte Cristo
(4 jilid) pada tahun 1925. Di tahun 2000, Balai Pustaka mencetak ulang
lagi novel ini dengan judul yang sama dalam 6 jilid buku.
Selain Balai Pustaka, novel ini juga pernah diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1980 dengan judul Monte Cristo
dalam satu buku sekaligus. Dan kini seiring maraknya penerbitan kembali
sastra-sastra klasik dunia, salah satu karya terkenal Alexandre Dumas
ini kini diterbitkan kembali oleh Penerbit Serambi yang dialihbahasakan
oleh penerjemah senior Nin Bakdi Soemanto
@htanzil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar