Manisnya Kemenangan,
Pahitnya Kegagalan
“Aduh, bagaimana ya naskah lombanya,
kok jadi hilang begini”, aku menggerutu dalam hati. Andi dan Rendi teman satu
kelompokku juga merasa kesal karena hilangnya naskah lomba kami ini untuk yang ketiga kalinya. “Terus apa yang harus
kita lakukan sekarang”, kataku pada Andi dan Rendi, padahal waktu lombanya
tinggal satu hari lagi...
Beberapa hari yang lalu, ketika kami
sedang belajar pelajaran Bahasa Indonesia, guru kami mengabarkan bahwa akan ada
lomba menulis cerpen pelajar tingkat Nasional. Guru kami menunjuk tiga orang murid untuk
mengikutinya. Peserta lomba yang terpilih adalah saya, Rendi, dan Andi.. Guru kami
selalu berpesan pada kami bahwa kami jangan berkecil hati dan mempunyai nyali
yang kecil dalam menghadapi setiap perlombaan, walaupun kami hanya siswa-siswi
yang berasal dari kota
kecil. “Anak-anak, kalian harus berani untuk berusaha dan berjuang, kalah dan
menang itu bukan masalah”, begitu yang selalu terngiang di telinga kami.
Kami mengetahui dari anak-anak bahwa
ada anak yang iri pada kami. Dia adalah
Wahyu dan teman-temannya, teman sekelas kami juga. Dia iri karena merasa lebih layak
untuk mengikuti lomba dibandingkan kami.
Kami mulai menyusun naskah cerpen yang sudah ditentukan dan menyimpannya
di dalam komputer sekolah. Ternyata Wahyu
mengetahui bahwa kami menyimpan naskah cerpen tersebut di komputer sekolah.
Wahyu,
Rian dan
Ricky, dua orang anggota kelompok gengnya Wahyu mencoba untuk menggagalkan kami.
“Teman-teman, bagaimana cara
kita untuk menggagalkan lomba yang diikuti Rizal dan kawan-kawannya?”, tanya
Wahyu. “Apakah kamu punya informasi
tentang kelompok mereka?”, tanya Ricky.
“ Oh ya, tadi aku melihat meraka menyusun naskahnya di dalam komputer
sekolah kita”, lanjut Wahyu. “Oh kalau begitu aku punya ide”, kata Rian. “Bagaimana
caranya?”, tanya Ricky kembali. “Begini, kita coba menghapus data dari komputer
yang mereka gunakan untuk merancang
naskah cerpen tersebut .” jawab
Rian. “ Kamu memang jenius, rencana yang
sangat jitu, wah… aku setuju sekali dengan rencanamu”, kata Wahyu. ”Kita lihat
bagaimana reaksi mereka kalau mengetahui bahwa naskah yang telah mereka garap
kini sudah lenyap tak berbekas bagai di telan bumi, ha…ha….ha”. “Membayangkannya
saja aku sudah puas, apalagi kalau melihat langsung muka mereka”, sergah Wahyu
sambil terus tertawa terbahak-bahak. Sementara dua temannya ikut tertawa, seolah turut bersuka cita
dengan apa yang akan terjadi.
Pada malam harinya Wahyu dan kawan - kawan mulai menjalankan
rencananya. Mereka bisa masuk ke sekolah pada malam hari dengan cara memberi
uang kepada penjaga sekolah dan meminta tolong untuk membuka pintu laboratorium
komputer. Setelah mereka berhasil masuk ke dalam lab komputer mereka mulai
menjalankan rencananya, dan rencana tersebut adalah menghapus data naskah
cerpen tersebut.
Keesokan harinya Wahyu melihat
kelompok Rizal meneruskan naskah cerpen tersebut. Setelah Wahyu mencari
informasi ternyata kelompok Rizal menyimpan datanya di Flash Disc., artinya mereka masih mempunyai naskah untuk lomba
cerpen. Setelah mendengar informasi tersebut, Wahyu sangat kesal dan marah,
lalu mencoba mencari cara penggagalan yang
kedua.
“Huh…., aku
sangat kesal.” ucap Wahyu. “Kesal kenapa Yu?”, tanya Rian. “Ternyata Rizal dan kawan-kawannya menyimpan
datanya di dalam Flash
Disk.” Sahut Wahyu. “Aha…. jangan khawatir teman-teman, kita tidak akan
menyerah begitu saja sebelum melihat kegagalan mereka”. “Aku punya ide
sekarang, caranya kita tukar saja Flash Disk mereka dengan Flash Disk yang lain.” Saran Ricky. “Wah ide gila yang sangat berlian, itu
rencana yang sungguh bagus, mudah-mudahan rencana tersebut bisa berhasil.”, harap
Wahyu. “ Kapan kita bisa mulai
menjalankan rencana itu?”, tanya Rian. “Kita mulai pada saat istirahat karena
pada saat istirahat keadaan kelas sepi
dan kita harus mencari Flash Disk
tersebut di dalam tas milik Rizal, Rendi, atau Andi.” jawab Ricky.
Waktu istirahat pun telah tiba mereka mulai menggeledah satu
persatu tas kelompok tersebut dengan mengendap-ngendap masuk ke dalam kelas
ketika semua murid beristirahat di luar. Akhirnya
Flash Disk tersebut ditemukan
di dalam tas milik Andi, Wahyu langsung
menukarnya dengan Flash Disk yang
kosong. Ketika pulang sekolah,
rencananya kelompok tersebut akan
melanjutkan rancangan cerpen tersebut. “Andi mana Flash
Disk-nya?”, ada, sebentar aku ambil dulu di dalam tas”, jawab Andi. Pada
saat Flash Disk sudah diambil mereka langsung masuk ke dalam
lab komputer. Ketika Flash Disk
tersebut dimasukan kedalam CPU
ternyata datanya hilang. “Kenapa data dalam Flash
Disk ini kosong?”, tanya Rizal. “Oh iya, tadi aku melihat seseorang
menggeledah tasmu Andi.”, kata Rendi. “Tidak
salah lagi, pasti itu perbuatan Wahyu
dan kawan-kawan”, kata Andi. “Kalau begitu kita laporkan saja ke guru bahasa Indonesia.”
Setelah itu merekapun langsung melaporkannya.
Lalu guru kami menegur Wahyu dan kawan-kawannya dan menasehatinya supaya
tidak melakukan perbuatan itu
kembali. Namun Wahyu belum juga jera. Dia menemukan rencana lain yaitu dengan
memasukan Virus ke dalam Flash Disk
tersebut dengan cara menunggu saat kami lengah dalam mengerjakan tugas. Keesokan
harinya ketika kami mulai mengerjakan tugas seperti biasa. terasa perut kami
lapar minta didiisi “Di, Zal kita jajan
dulu yuk?”. tawar Rendi. ”Ya sudah, mari kita isi perut keroncongan kita,
kasihan dari tadi kukuruyuk terus”, ajak Rizal seraya bercanda.
Pada saat kami jajan, Wahyu dan kawan-kawan menyelinap masuk ke
dalam lab komputer dan menyebarkan virus kedalam Flash Disk kelompok kami.sehingga virus itu cepat menyebar kedalam
data kami. Saat kami kembali, data tersebut ternyata telah rusak dan hilang. Di saat
itulah kami mulai panik dan tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Lalu kami kembali melaporkan
kejadian tersebut kepada guru kami .
“Bu, bagaimana ini?, naskah
yang telah lama kami buat hilang lagi karena Virus yang disebarkan seseorang “.
tanya Rendi dengan cemas. ”Iya bu,
bagaimana ini? padahal naskah itu hampir selesai.” lanjut Andi. Tetapi guru itu
hanya tersenyum kepada kami. Kamipun heran mengapa guru kami malah tersenyum
seakan tidak ada beban dipikirannya. “Mengapa ibu malah tersenyum?”.tanya Andi
. Setelah ditanya seperti itu, guru kami menjawab dengan santai. “Kalian jangan
takut karena ibu telah mengcopy ulang data kalian “. Alhamdulillah, kami
mengucap syukur nyaris bersamaan, bahkan Rizal yang terkenal usilpun langsung mengucapkan kata yes sambil mengepalkan tinjunya melayang
ke atas. Kami merasa lega .dan waktu
pengiriman naskahpun telah tiba, kami tetap punya semangat dan harapan yang optimis untuk memenangkannya. Ketika
pengumuman telah tiba, ternyata tak disangka kami masuk
daftar nominasi peserta yang memenangkan lomba . Kamipun merasa sangat senang, karena perjuangan kami selama
ini tidak sia-sia dan telah membuahkan hasil, walau banyak sekali rintangan
yang menghadang perjalanan kami.
Wahyu dan kawan-kawan datang menghampiri kami dan meminta maaf
kepada kami serta menyesali perbuatan mereka selama ini. Lalu mereka berjanji
tidak akan mengganggu kami lagi dan sejak saat itu kami menjadi teman yang baik.
“ Selamat ya, ingat…,
jangan pernah patah semangat dan jangan pernah mau menyerah dengan keadaan
sepahit apapun anak-anak”, kata bu
guru sambil menyalami kami. “Manisnya
kemenangan ini”, kata Rizal . “Pahitnya kegagalan kejahatan yang telah aku
lakukan”, kata Wahyu sambil tertunduk malu.
Sukabumi, 13 Januari 2010
Lomba
Cerpen Tingkat nasional
Siswa SMPN 8 Kota Sukabumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar