Kamis, 06 Desember 2012

Novel barudak (Sunda)

BUDAK TEUNEUNG

Novel ini karangan Samsudi, cetakan pertama dan kedua dikeluarkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, tanpa tahun dan cetakan ketiga diterbitkan oleh Pusaka Sunda, bandung tahun 1965. buku ini berukuran 17 x 12 cm, dengan tebal 58 halaman.
Novel ini mengungkapkan masalah kehidupan anak-anak dalam sosok yang lebih lengkap. Gambaran Si Warji ditampilkan sebagaimana lazimnya kebanyakan anak-anak seusia dia di kampung-kampung. Novel ini mengandung unsur-unsur pendidikan yang mengetengahkan sifat-sifat kejujuran, kesabaran, dan kesetiaan yang terjalin dalam kehidupan orang desa.

Ringkasan Ceritera
Seorang anak yatim Si Warji namanya. Dia berumur kurang lebih sebelas tahun. Bersama ibunya, dia menempati sebuah rumah kecil yang sudah reyot. Walaupun mereka hidup dalam kemiskinan, ibu Warji tidak pernah kehilangan cinta kasih san selalu menasehati Warji agar menjadi anak yang jujur, penyabar, pemaaf dan mau mengalah demi kebaikan.
Cobaan demi cobaan harus dihadapi Warji dengan tabah. Dia sering mendapat perlakuan yang kurang senonoh hanya lantaran Warji bukan anak orang kaya. Warji dihina, dikucilkan, malahan teraniaya oleh anak-anak lain yang dimanja oleh orang tuanya seperti Si Begu dan Si utun.
Pada suatu ketika, Warji dapat menolong Asep Onon, anak Lurah yang terjerumus ke dalam sebuah sumur kering. Sejak itulah Warji menjadi kawan Asep Onon yang semula membencinya. Sebagai tanda terima kasih atas pertolongan Warji, Pak Lurah mengangkat Warji menjadi penggembala kerbau.
Keluarga Pak Lurah sangat menyayangi Warji, dan Asep Onon menjadi teman akrab Warji. Warji sering diajari membaca dan menulis oleh Asep Onon. Oleh karena Warji rajin dan berotak encer, dalam waktu yang tidak begitu lama dia sudah dapat membaca dan menulis.
Pada suatu hari Asep Onon berkelahi dengan Si Begu dan Si utun. Untunglah Si Warji segera datang sehingga Si Begu dan Si Utun dapat dikalahkan oleh Si Warji.
Setelah bertahun-tahun Warji hidup mengikuti Pak Lurah, akhirnya dia diangkat menjadi salah serang pegawai desa, sedangkan Si Begu dan Si Utun terlanjur nakal kemudian menjadi penjahat.
Kejahatan Si begu dan Si utun baru berhenti setelah Si Warji dengan teuneung dan penuh keberanian menangkap mereka dan menyerahkannya kepada yang berwajib. Sebagai tanda penghargaan. Warji menerima hadiah dari Bapak Lurah.

PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biografi Kepenulisan Blogger

Komunitas Guru Menulis Komunitas bagi para guru/dosen yang se...