Senin, 10 Desember 2012

Cerita Pendek



Manisnya  Kemenangan, Pahitnya Kegagalan
           
            “Aduh, bagaimana ya naskah lombanya, kok jadi hilang begini”, aku menggerutu dalam hati. Andi dan Rendi teman satu kelompokku juga merasa kesal karena hilangnya naskah lomba kami ini untuk  yang ketiga kalinya. “Terus apa yang harus kita lakukan sekarang”, kataku pada Andi dan Rendi, padahal waktu lombanya tinggal satu hari lagi...
            Beberapa hari yang lalu, ketika kami sedang belajar pelajaran Bahasa Indonesia, guru kami mengabarkan bahwa akan ada lomba menulis cerpen pelajar tingkat Nasional.  Guru kami menunjuk tiga orang murid untuk mengikutinya. Peserta lomba yang terpilih adalah saya, Rendi, dan Andi.. Guru kami selalu berpesan pada kami bahwa kami jangan berkecil hati dan mempunyai nyali yang kecil dalam menghadapi setiap perlombaan, walaupun kami hanya siswa-siswi yang berasal dari kota kecil. “Anak-anak, kalian harus berani untuk berusaha dan berjuang, kalah dan menang itu bukan masalah”, begitu yang  selalu terngiang di telinga kami. 
        Kami mengetahui dari anak-anak bahwa ada anak   yang iri pada kami. Dia adalah Wahyu dan teman-temannya, teman sekelas kami juga. Dia iri karena merasa lebih layak untuk mengikuti lomba dibandingkan kami.
Kami mulai menyusun naskah cerpen yang sudah ditentukan dan menyimpannya di dalam  komputer sekolah. Ternyata Wahyu mengetahui bahwa kami menyimpan naskah cerpen tersebut di komputer sekolah. Wahyu, 
Rian dan Ricky, dua orang anggota kelompok gengnya Wahyu mencoba untuk  menggagalkan kami.
“Teman-teman, bagaimana  cara kita untuk menggagalkan lomba yang diikuti Rizal dan kawan-kawannya?”, tanya Wahyu.  “Apakah kamu punya informasi tentang kelompok mereka?”, tanya Ricky.  “ Oh ya, tadi aku melihat meraka menyusun naskahnya di dalam komputer sekolah kita”,  lanjut Wahyu.  “Oh kalau begitu aku punya ide”, kata Rian. “Bagaimana caranya?”, tanya Ricky kembali. “Begini, kita coba menghapus data dari komputer yang mereka gunakan untuk  merancang naskah cerpen tersebut .”  jawab Rian.  “ Kamu memang jenius, rencana yang sangat jitu, wah… aku setuju sekali dengan rencanamu”, kata Wahyu. ”Kita lihat bagaimana reaksi mereka kalau mengetahui bahwa naskah yang telah mereka garap kini sudah lenyap tak berbekas bagai di telan bumi, ha…ha….ha”. “Membayangkannya saja aku sudah puas, apalagi kalau melihat langsung muka mereka”, sergah Wahyu sambil terus tertawa terbahak-bahak. Sementara dua temannya  ikut tertawa, seolah turut bersuka cita dengan apa yang akan terjadi.
Pada malam harinya Wahyu dan kawan - kawan mulai menjalankan rencananya. Mereka bisa masuk ke sekolah pada malam hari dengan cara memberi uang kepada penjaga sekolah dan meminta tolong untuk membuka pintu laboratorium komputer. Setelah mereka berhasil masuk ke dalam lab komputer mereka mulai menjalankan rencananya, dan rencana tersebut adalah menghapus data naskah cerpen tersebut.
Keesokan harinya Wahyu melihat  kelompok Rizal meneruskan naskah cerpen tersebut. Setelah Wahyu mencari informasi ternyata kelompok Rizal menyimpan datanya di Flash Disc., artinya mereka masih mempunyai naskah untuk lomba cerpen. Setelah mendengar informasi tersebut, Wahyu sangat kesal dan marah, lalu  mencoba mencari cara penggagalan yang kedua.
“Huh…., aku sangat  kesal.” ucap Wahyu.  “Kesal kenapa Yu?”, tanya Rian.  “Ternyata Rizal dan kawan-kawannya menyimpan datanya  di dalam  Flash Disk.” Sahut Wahyu. “Aha…. jangan khawatir teman-teman, kita tidak akan menyerah begitu saja sebelum melihat kegagalan mereka”. “Aku punya ide sekarang, caranya kita tukar saja  Flash Disk mereka dengan Flash Disk yang lain.” Saran Ricky.  “Wah ide gila yang sangat berlian, itu rencana yang sungguh bagus, mudah-mudahan rencana tersebut bisa berhasil.”, harap Wahyu.  “ Kapan kita bisa mulai menjalankan rencana itu?”, tanya Rian. “Kita mulai pada saat istirahat karena pada saat istirahat keadaan kelas  sepi dan kita harus mencari Flash Disk tersebut di dalam tas milik Rizal, Rendi, atau Andi.” jawab Ricky.
Waktu istirahat pun telah tiba mereka mulai menggeledah satu persatu tas kelompok tersebut dengan mengendap-ngendap masuk ke dalam kelas ketika semua murid beristirahat di luar.  Akhirnya  Flash Disk tersebut ditemukan di dalam tas milik Andi,  Wahyu langsung menukarnya dengan Flash Disk yang kosong.  Ketika pulang sekolah, rencananya kelompok tersebut  akan melanjutkan rancangan cerpen tersebut.  “Andi mana Flash Disk-nya?”, ada, sebentar aku ambil dulu di dalam tas”, jawab Andi. Pada saat Flash Disk  sudah diambil mereka langsung masuk ke dalam lab komputer. Ketika Flash Disk tersebut dimasukan kedalam CPU ternyata datanya hilang. “Kenapa data dalam Flash Disk ini kosong?”, tanya Rizal. “Oh iya, tadi aku melihat seseorang menggeledah tasmu Andi.”, kata Rendi.  “Tidak salah lagi, pasti itu perbuatan  Wahyu dan kawan-kawan”, kata Andi. “Kalau begitu kita laporkan saja ke guru bahasa Indonesia.” Setelah itu merekapun langsung melaporkannya.
Lalu guru kami menegur Wahyu dan kawan-kawannya  dan menasehatinya  supaya  tidak melakukan perbuatan   itu kembali. Namun Wahyu belum juga jera. Dia menemukan rencana lain yaitu dengan memasukan Virus ke dalam Flash Disk tersebut dengan cara menunggu saat kami lengah dalam mengerjakan tugas. Keesokan harinya ketika kami mulai mengerjakan tugas seperti biasa. terasa perut kami lapar minta didiisi  “Di, Zal kita jajan dulu yuk?”. tawar Rendi. ”Ya sudah, mari kita isi perut keroncongan kita, kasihan dari tadi kukuruyuk terus”, ajak  Rizal seraya  bercanda.
Pada saat kami jajan, Wahyu dan kawan-kawan menyelinap masuk ke dalam lab komputer dan menyebarkan virus kedalam Flash Disk kelompok kami.sehingga virus itu cepat menyebar kedalam data kami. Saat kami kembali, data tersebut  ternyata telah rusak dan hilang. Di saat itulah kami mulai panik dan tidak tahu apa yang harus  kami lakukan. Lalu kami kembali melaporkan kejadian tersebut kepada guru kami .
“Bu, bagaimana  ini?, naskah yang telah lama kami buat hilang lagi karena Virus yang disebarkan seseorang “. tanya  Rendi dengan cemas. ”Iya bu, bagaimana ini? padahal naskah itu hampir selesai.” lanjut Andi. Tetapi guru itu hanya tersenyum kepada kami. Kamipun heran mengapa guru kami malah tersenyum seakan tidak ada beban dipikirannya. “Mengapa ibu malah tersenyum?”.tanya Andi . Setelah ditanya seperti itu, guru kami menjawab dengan santai. “Kalian jangan takut karena ibu telah mengcopy ulang data kalian “. Alhamdulillah, kami mengucap syukur nyaris bersamaan, bahkan Rizal yang terkenal usilpun  langsung mengucapkan kata yes sambil mengepalkan tinjunya melayang ke atas.  Kami merasa lega .dan waktu pengiriman naskahpun telah tiba, kami  tetap punya semangat dan  harapan yang optimis untuk memenangkannya. Ketika  pengumuman  telah tiba, ternyata tak disangka kami masuk daftar nominasi peserta yang memenangkan lomba . Kamipun merasa  sangat senang, karena perjuangan kami selama ini tidak sia-sia dan telah membuahkan hasil, walau banyak sekali rintangan yang menghadang perjalanan kami.
Wahyu dan kawan-kawan  datang menghampiri kami dan meminta maaf kepada kami serta menyesali perbuatan mereka selama ini. Lalu mereka berjanji tidak akan mengganggu kami lagi  dan  sejak saat itu kami menjadi teman  yang baik.
 “ Selamat ya, ingat…, jangan pernah patah semangat dan jangan pernah mau menyerah dengan keadaan sepahit apapun  anak-anak”, kata bu guru  sambil menyalami kami. “Manisnya kemenangan ini”, kata Rizal . “Pahitnya kegagalan kejahatan yang telah aku lakukan”, kata Wahyu sambil tertunduk malu.

                                                                    Sukabumi, 13 Januari 2010
                                                                    Lomba Cerpen Tingkat nasional       

                                                                
                                                                      Siswa SMPN 8 Kota Sukabumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biografi Kepenulisan Blogger

Komunitas Guru Menulis Komunitas bagi para guru/dosen yang se...