Sinopsis Dan Resensi Buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye
Oke, ini dia sinopsis buku daun yang jatuh tak pernah membenci angin :
Dia bagai malaikat bagi
keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan
yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan
janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
====================================================
Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Ketujuh, September 2012
Jumlah halaman : 264 halaman
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Ketujuh, September 2012
Jumlah halaman : 264 halaman
“Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku,
dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan
makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji-janji masa depan yang lebih
baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih
sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan
lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas.
Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul
tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang,
ketika dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik
yang tidak tahu diri, biarlah… biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai
daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan
dari tangkai pohonnya”
Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin, berkisah tentang
kenangan dan cinta yang dialami oleh seorang gadis cantik dan pintar
bernama Tania. Seperti sebuah lego yang disusun satu persatu hingga
menjadi utuh, kisah dalam novel yang di tulis oleh Tere Liye ini sanggup
menghanyutkan hati pembaca pada setiap potongan ceritanya. Ketika
berumur 11 tahun, kerasnya kehidupan membuat Tania dan Dede—adik
Tania—terpaksa mencari uang dengan mengamen dari satu bus kota ke bus
yang lainnya, hal tersebut mereka lakukan demi menghidupi diri mereka
dan sang ibu yang sakit-sakitan. Ayah Tania meninggal ketika Tania
berumur 8 tahun.
Sejak saat itu pula kehidupan mereka yang pas-pasan berbalik menjadi serba kekurangan. Tania, Dede, dan Ibunya diusir dari rumah kontrakan lalu memutuskan untuk tinggal di rumah kardus dekat dengan sungai dan tempat pembuangan. Ketika Tania dan Dede sedang mengamen, tanpa sengaja Tania menginjak sebuah paku payung pada telapak kaki tanpa alasnya. Tania kecil mencoba menahan rasa sakit sementara adiknya hanya bisa panik tanpa tahu harus melakukan apa. Orang-orang dalam bus hanya melirik Tania yang kesakitan tanpa rasa iba. Ketika itulah, seorang pria muda datang menolong dan membalut kaki Tania dengan sapu tangan putih miliknya. Pria itu bernama Danar, malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk merubah kehidupan Tania, Dede, dan Ibunya. Lambat laun setelah beranjak dewasa, gadis itu akhirnya sadar bahwa perasaan lugu yang diam-diam tumbuh di hatinya sejak dulu bukanlah perasaan biasa selayaknya seorang adik kepada kakaknya. Danar menjadi pria yang membuka babak baru yang lebih baik dalam kehidupan Tania, juga menjadi cinta pertama baginya. Salahkah perasaan ini? Salahkah bila Tania menyukai seseorang itu, seseorang yang menjadi malaikat bagi keluarganya?
Sudut pandang orang pertama yang digunakan oleh Tere Liye dalam novel
ini membuat emosi dan penyampaian melalui sudut pandang Tania menjadi
cukup baik dan dapat dinikmati pembaca. Alur maju-mundur yang penulis
ingin coba sampaikan dalam bercerita sama sekali tidak membingungkan
pembaca. Sang penulis sangat baik dalam merangkai sebuah cerita hingga
menemukan benang merahnya. Walau ini adalah kali pertama saya membaca
novel karya Tere Liye, nampaknya saya mulai jatuh cinta dengan gaya
penulisan yang sederhana namun bermakna khas beliau. Satu hal yang
membuat saya ingin memberikan komentar pada novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin yaitu karakter Danar yang saya rasa kurang
terlihat dan melekat di dalam cerita. Mungkin karena di dalam novel ini,
Tania seolah bercerita mengenai dirinya dan perasaan cintanya, juga ia
menceritakan tokoh Danar dari sudut pandangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar