Kamis, 04 April 2013

Fiksi Mini

Dari Hemingway Ke Tweetfiction

Ingin tahu mengenai tweetfiction – Fiksi mini 140 karakter ? Teruskan membaca…
“ Cerita fiksi itu cuma 6 kata. Selebihnya imajinasi - Ernest Hemingway
Tahukah anda, Ernest Hemingway telah menciptakan rumus dasar menulis fiksi saat menyatakan itu ?
Rumus itu menekankan kesederhanaan, kelugasan, dan ketuntasan pada sebuah karya fiksi. …Alih-alih menjejali fiksi Anda dengan kalimat artifisial & literer yang mengaburkan tujuan cerita.
Tapi pertanyaannya, mengapa Anda perlu mengindahkan pernyataan Hemingway diatas?

Karena pembaca butuh kejelasan

Fiksi adalah istilah sastra yang berarti tidak benar terjadi atau sebuah karangan belaka.
Tapi Anda mungkin kerap keliru menafsirkan definisi tersebut.
Anda kerap menulis fiksi dengan alur cerita meluas, melebar, dan tak jelas juntrungannya.
Masalahnya, pembaca terbiasa menginterpretasi ceritanya berdasarkan pengalamannya di dunia nyata. Karena itu, mereka menuntut cerita yang logis, dapat dipercaya, serta mudah dibandingkan dengan kenyataan.
Itulah penekanan dari rumus Ernest Hemingway.
Seorang penulis fiksi sebaiknya menghindari segala aksesoris & ornamen yang tidak berkontribusi memajukan cerita. Contohnya seperti…. Ayahku matahari. Ibuku bumi. Semesta membesarkan aku dengan cinta seterang bulan purnama.
..dan guna membuktikan kebenaran teorinya, Ernest Hemingway lalu merilis fiksi yang terdiri dari 6 kata saja di tahun 1920. Itulah novel terpendek sedunia:
For sale: baby shoes, never worn.

..Dan ternyata Hemingway bukan yang pertama

Berabad-abad sebelum Hemingway merilis novel terpendeknya, sebuah fiksi mini karya Gaius Julius Caesar telah lahir lebih dahulu:
I came. I saw. I Conquered.
Memang, Julius Caesar tidak bermaksud menulis fiksi. Ungkapan enam kata diatas lebih merupakan refleksi perjalanan hidup sang penakluk dunia. Sejarahlah yang kemudian mempopulerkannya lewat tradisi lisan ke seluruh dunia.
..Dan fakta hari ini membuktikan ungkapan itu telah menjelma sebagai salah satu karya literer paling populer.
..dan hebatnya lagi, karya itu hanya tersusun oleh 3 kata dalam versi aslinya
Veni, Vidi, Vici.

Fiksi panjang & pendek intinya sama saja

Pertanyaannya kemudian, apakah 2 contoh kalimat yang terdiri dari 6 kata diatas layak disebut cerita fiksi ?
Tentu saja.
Hanya kita tidak menyadarinya. Maklum, generasi kita telah dibesarkan dalam pemahaman keliru. Kita terlanjur memahami fiksi sebatas karya-karya tradisional berbentuk novel, atau cerpen, yang minimal terdiri dari 1.000 kata.
…lalu logika kita serta merta menolak kemungkinan adanya cerita fiksi yang tersusun dalam 6 kata saja.
Boleh jadi Hemingway sedang berniat mengolok-olok kita, bukan ?
Tapi tidak. Hemingway sungguh serius saat mengatakan itu.
Lagipula, Anda tidak akan pernah menemukan referensi yang menyebutkan jumlah kata pada tulisan sebagai syarat penulisan fiksi.
Panjang pendeknya cerita hanyalah kategorisasi produk dalam industri penerbitan. Misalnya naskah 1.000 – 7.500 kata disebut cerpen. naskah 7.500 – 20.000 kata disebut novelette… Dan naskah 50.000 – 110.000 kata disebut novel.
Lalu apa syarat sebuah cerita hingga layak dikategorikan sebagai karya fiksi ?
..Menurut Lila Guzman (pengarang Ask the Author), cerita yang lengkap adalah sebuah awal, tengah dan akhir, serta memuat empat elemen wajib yaitu karakter, setting, konflik, & resolusi.
Jadi sebuah cerita layak disebut karya fiksi  selama dia memenuhi seluruh persyaratan tersebut. Bukan karena panjang atau pendeknya sebuah cerita.
Kalau kemudian Ernest Hemingway mengatakan cuma 6 kata saja, mungkin karena itulah ambang minimal cerita fiksi dalam bahasa ibunya bisa memuat seluruh persyaratan tersebut.

Untuk menyamakan persepsi, mari kita membedah karya Julius Caesar

Aku datang, Aku lihat, Aku menang.
  • Cerita diatas dengan gamblang memperlihatkan adanya awal, tengah & akhir
  • Karakternya adalah Julius Caesar (sudut pandang orang pertama tunggal)
  • Konfliknya berupa peperangan antara pihak yang datang versus yang didatangi
  • Latar bertempat di medan peperangan dalam kurun waktu kejayaan kekaisaran Roma dibawah Julius Caesar
  • Resolusinya juga jelas menyebutkan Julius Caesar sebagai pemenang setiap peperangan
Tapi koq… ?
Yah,saya tahu anda ingin protes karena konflik & setting tidak eksplisit dalam cerita.
Tapi anda tentu masih ingat teori Hemingway “ … selebihnya hanya imajinasi”.
Anda tahu, seorang penulis bisa saja membubuhkan imajinasi sampai beribu-ribu halaman jika ingin menulis epos hidup Julius Caesar…Berpangkal dari 6 kata itu, ribuan kalimat selanjutnya bisa berupa sekumpulan karakter pendamping, tempat-tempat peperangan…dan  jalannya peperangan demi peperangan..
Tapi tetap saja, itu tidak bisa memungkiri kenyataan kalau epos itu sebenarnya tetap bisa diceritakan dalam 6 kata saja, benar ?
Bahkan, jika Anda jeli, model karya Julius Caesar diatas juga bisa diadaptasi kedalam beragam cerita fiksi lainnya.
Enam kata diatas… dalam imajinasi seorang sutradara menjadi skenario film Troy.
Tentara Yunani (Achiles cs) mendatangi kota Troya, melihat situasi sebelum merancang strategi kuda troya dan akhirnya memenangkan perang.
Tolkien sadar tidak sadar juga memakainya ketika menulis Lord of The Ring.
Frodo cs datang dari Shire ke Mordor, melihat-lihat situasi agar bisa membawa cincin ke kawah gunung api sebelum bisa mengalahkan mata jahat Sauron.
Bahkan sebenarnya JK. Rowling menggunakan rumus ini dalam Harry Potter…
Harry datang ke dunia sihir, Melihat-lihat situasi (Hogwarts), dan memenangkan pertempuran melawan Dia-Kau-Tahu-Siapa.

Kelahiran Tweetfiction

Sayangnya, sepeninggal Hemingway…penerbitan tidak lagi berpihak pada fiksi mini.
Tapi kita memaklumi mengapa media cetak tradisonal tidak berminat pada kategori ini. Kolom-kolom pada koran yang luas memang sengaja didesain untuk cerpen (termasuk cerbung) dengan kuota minimal 1.000-2.500 kata.
Namun sejarah berubah ketika manusia menemukan internet. Era kedigdayaan koran pun runtuh.
Internet dengan segala fiturnya kini memungkinkan setiap orang bisa mempublikasikan karya fiksinya sendiri.
Fiksi pendek ala Hemingway seolah bangkit kembali dari tidur panjangnya. Bahkan telah menemukan wadah yang tepat di internet berkat kemunculan salah satu fitur microblog bernama Twitter - Twitter adalah fitur blogging dengan karakter terbatas, yakni 140 karakter.
Twitter memungkinkan penggunanya (tweeps) mengirim pesan tertulis (tweet) dalam kuota 140 karakter yang bisa diakses para pengikutnya – Dalam bahasa Indonesia tweet kemudian diterjemahkan menjadi Menciak,  dari kata dasar ciak yang diartikan sebagai bunyi seperti bunyi/kicau anak burung menciap….. Tuwit..tuwit….
Media sosial ini perlahan dilirik oleh mereka yang hobby menulis fiksi, guna menghidupkan kembali tradisi menulis fiksi pendek a la Hemingway.
Para tweeps berlomba-lomba mengicaukan karya fiksi mereka di twitosphere. Bahkan ada akun bernama @fiksimini yang khusus menayangkan fiksi pendek yang di-retweet dari para followersnya.
Disatu sisi twitter memungkinkan para penulis fiksi melatih teknik memadatkan cerita….
…dan pembaca disisi lain, menemukan keasyikan tersendiri saat membaca fiksi-fiksi mungil semacam ini. Meski dibaca sekejap, namun fiksi mini bisa menimbulkan kesan mendalam yang lama…. sama seperti saat kita membaca fiksi panjang (cerpen & novel).
…dan setahun belakangan ini, trend menulis fiksi mungil via twitter bahkan menjadi kategori tersendiri dikalangan penulis dan pembaca fiksi tanah air. Beberapa komunitas kemudian mulai mensosialisasikannya dengan nama fiksi mini.
Tapi saya sendiri kurang sepakat dengan pemberian nama fiksi mini. Sebutan itu tidak punya differensiasi yang tegas.
Selama ini frasa cerita/fiksi mini terlanjur dipakai untuk menamai fiksi pendek 1.000 kata yang populer di koran-koran dengan nama cermin (cerita mini).
Saya sendiri lebih suka menamai fiksi mini dalam 140 karakter dengan sebutan… tweetfiction.
Nama tweetfiction menarik garis demarkasi yang jelas antara fiksi maksimal 140 karakter dengan cerita mini ala koran.  Disisi lain, nama ini juga membatasi dirinya hanya pada fiksi mini yang dipublikasikan dari dan oleh pengguna twitter.
Jadi singkatnya, definisi dari tweetfiction adalah cerita fiksi maksimal 140 karakter yang dipublikasikan penulisnya melalui twitter - Contoh & tips menulisnya diulas di artikel  tips menulis tweetfiction..
Tweetfiction adalah cerita fiksi maksimal 140 karakter yang dipublikasikan penulisnya melalui twitter –> Click to tweet

Apa yang akan terjadi selanjutnya pada fiksi mini ?

Sayang sekali,  penulis tidak membarengi semangat untuk memasyaratkan tweetfiction dengan disiplin yang ketat.
Karena kesekejapan & kesingkatannya, penulis terkesan menggampangkan proses pembuatan tweetfiction.
Tak ayal lagi, kita dengan gampang menemukan tweet berupa…. puisi, cukilan ide, sketsa gagasan, adagium, pemeo, jargon, atau  potongan dialog… lalu ujug-ujug si penulisnya mengklaim itu sebagai tweetfiction.
Padahal, tanpa kehadiran awal, tengah dan akhir…serta elemen karakter, setting, konflik & resolusi… Anda tidak bisa menyebut sebuah naskah begitu saja sebagai karya fiksi.
..Bagaimana menurut Anda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biografi Kepenulisan Blogger

Komunitas Guru Menulis Komunitas bagi para guru/dosen yang se...