Jumat, 12 Oktober 2012

Tulisan Sastra

Bagi saya membaca atau membuat tulisan sastra sangatlah menyenangkan, seperti ada sesuatu yang hidup di hati saya... Berbeda apabila saya membaca tulisan yang berbau sains atau teknologi yang terkesan kaku dan mendikte... dengan sastra saya merasakan imajinasi saya turut diajak berkelana menjelajahi kata demi kata yang kita baca atau tulis. Begitu dahsyatnya tulisan sastra bagi saya, karena itu saya sangat cinta sastra karena sastra artinya adalah tulisan yang indah, tulisan yang mempunyai pesan -pesan baik dan sekaligus dengan penyampaikan yang indah... I LIKE Sastra...:)

Minat Baca untuk Bacaan Sastra Para Siswa di Sekolah

Kalau ada pertanyaan yang diajukan kepada para siswa tentang, apakah kalian pernah membaca buku sastra anu? atau Pernahkah membaca novel, cerpen, puisi karangan si anu? Kebanyakan siswa menggeleng dan sepertinya mereka belum pernah mendengar nama buku atau sastrawan yang gurunya sebutkan... sangat miris sekali mengingat hal itu, seolah buku bacaan sastra menjadi hal asing bagi mereka, padahal di perpustakaan sekolah mereka banyak atau setidaknya ada buku-buku sastra tersebut. 
Saya tak berharap hal ini terjadi pada sekolah yang lain, hanya dari pengalaman yang saya rasakan di kelas yang saya ajar para siswa banyak yang seperti itu. Pertanyaannya, apakah minat baca mereka yang kurang pada karya sastra? atau mereka memang tidak merasa tertarik sama sekali pada karya-karya sastra? Berbeda sekali kalau yang ditanyakan misalnya adalah tentang sinetron atau lagu, mereka akan menjawab dengan mudah dan lancar tentang isi sinetron yang mereka senangi ataupun lagu yang sedang mereka sukai. Sudah waktunya kita menghidupkan kembali dan meningkatkan minat baca sastra para siswa supaya mereka mau menghargai karya-karya sastra yang ada... Mari kita cari metode yang menarik yang dapat membangkitkan minat belajar para siswa pada karya sastra kita. Semoga!!!

Sejarah Kota Sukabumi


Ada yang mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang bermakna bahwa pada kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman ini membuat orang-orang suka bumen-bumen atau menetap.[2] Penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa nama "Sukabumi" berasal dari bahasa Sankerta suka, "kesenangan, kebahagiaan, kesukaan" dan bhumi, "bumi". Jadi "Sukabumi" artinya "bumi kesukaan".
Sebelum berstatus kota, Sukabumi hanyalah dusun kecil bernama "Goenoeng Parang" (sekarang Kelurahan Gunungparang) lalu berkembang menjadi beberapa desa seperti Cikole atau Parungseah. Lalu pada 1 April 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente (Kotapraja) dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.
Selanjutnya pada 1 Mei 1926, Mr. G.F. Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester. Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, gereja Kristen; Pantekosta; Katholik; Bethel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil Gunung Puyuh.
Nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 48,15 km2 ini mendapatkan namanya dari seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Perlu diketahu Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung.
Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi 13 Januari 1815. Sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut. Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi. Inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur. Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor.
Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa. Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol.Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah ada tiga “Burgemeester” sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.L.A. van Unen dan Mr. W.J.Ph. van Waning.

Biografi Kepenulisan Blogger

Komunitas Guru Menulis Komunitas bagi para guru/dosen yang se...